Tokoh-tokoh Pembaru Islam pada Masa Modern
Pembaru dari Turki
b. Namik Kemal (1840-1888M.)
Namik Kemal dikenal sebagai pemikir
terkemuka dari golongan intelegensia Kerajaan Turki Usmani yang banyak menentang ke kuasa an absolut sultan. Golongan intelegensia ini disebut dalam sejarah dengan nama Utsmani Muda (Yeni Usmanlitar-Young Ottoman).
Utsmani Muda pada mulanya adalah perkumpulan rahasia yang didirikan pada tahun 1865. Perkumpulan ini bertujuan untuk mengubah pemerintahan absolut Kerajaan Usmani menjadi pemerintahan konstitusional.
Namik Kemal berasal dari keluarga
yang berkecukupan, sehingga orang tuanya sanggup menyediakan pendidikan khusus baginya di rumah. Selain mempelajari bahasa Arab dan Persia, ia juga menekuni bahasa Perancis. Ketika berusia belasan tahun, ia diangkat menjadi pegawai di kantor penerjemahan, kemudian dipindah menjadi pegawai di istana sultan.
Pemikiran-pemikiran Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh pemikir an
seorang sastrawan kenamaan yang pernah belajar di Perancis, yaitu Ibrahim Sinasi (1826-1871). Sastrawan ini banyak menggunakan istilah-istilah hak rakyat, kebebasan berpendapat, kesadaran nasional, pemerintahan konstitusional, dan istilah lain yang semakna. Ibrahim Sinasi juga menerbitkan surat kabar bernama Tasvir-Efkar yang banyak berpengaruh dalam kebangkitan intelektual di Kerajaan Utsmani abad ke-19.
Ketika Sinasi pergi ke Paris di tahun 1865, pimpinan Tasvir-Efkar
dipegang oleh Namik Kemal sendiri. Namun, tulisan-tulisan Namik Kemal yang kental dengan ide-ide pembaruan membuatnya terpaksa pergi ke Eropa pada tahun 1867. Ia diperbolehkan kembali ke Istanbul pada tahun 1870, tetapi tiga tahun kemudian ditangkap dan dipenjarakan di Pulau Siprus. Ia dibebaskan dan dapat kembali ke Istanbul setelah kekuasaan Sultan Abdul Aziz runtuh pada pada tahun 1876.
Namik Kemal dinilai memiliki jiwa Islam yang baik. Ia tidak menerima
ide-ide yang datang dari Barat apa adanya, tetapi memodifikasi secara selektif sehingga sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Namik mengkritik ide-ide Barat yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat Timur.
Namik Kemal menyampaikan analisisnya tentang sebab kemunduran Kerajaan Utsmani dan alternatif solusinya, di antaranya adalah:
1. Kondisi ekonomi dan politik Kerajaan Turki Utsmani tidak beres. Solusi yang ditawarkan adalah perubahan sistem pemerintahan absolut menjadi pemerintahan konstitusional.
2. Rakyat sebagai warga negara memiliki hak-hak politik yang harus dihormati dan dilindungi negara.
3. Pemerintahan demokratis tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sebab negara yang dibentuk dan dipimpin oleh empat khalifah sepeninggal Rasulullah saw. sebenarnya memiliki corak demokrasi. Sistem baiat yang yang terdapat dalam pemerintahan para khalifah pada hakikatnya merupakan kedaulatan rakyat.
4. Islam mengajarkan al-maslahat al-ammah. Ajaran ini sebenarnya adalah maslahat (kebaikan) umum. Khalifah tidak boleh bersikap dan bertindak yang bertentangan dengan al-maslahat al-ammah.
5. Kepala negara dalam mengurus negara tidak boleh melanggar syariat. Syariat merupakan “konstitusi” yang harus dipatuhi oleh kepala negara.
Sumber dari Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi
Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI
Penulis : Mustahdi dan Mustakim.
Penelaah : Asep Nursobah dan Ismail.
Pereview : Evi Zahara
Penyedia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Apa|Bagaimana|Dimana|
|Kapan|Mengapa|Siapa
Pembaru dari Turki
b. Namik Kemal (1840-1888M.)
Namik Kemal dikenal sebagai pemikir
terkemuka dari golongan intelegensia Kerajaan Turki Usmani yang banyak menentang ke kuasa an absolut sultan. Golongan intelegensia ini disebut dalam sejarah dengan nama Utsmani Muda (Yeni Usmanlitar-Young Ottoman).
Utsmani Muda pada mulanya adalah perkumpulan rahasia yang didirikan pada tahun 1865. Perkumpulan ini bertujuan untuk mengubah pemerintahan absolut Kerajaan Usmani menjadi pemerintahan konstitusional.
Namik Kemal berasal dari keluarga
yang berkecukupan, sehingga orang tuanya sanggup menyediakan pendidikan khusus baginya di rumah. Selain mempelajari bahasa Arab dan Persia, ia juga menekuni bahasa Perancis. Ketika berusia belasan tahun, ia diangkat menjadi pegawai di kantor penerjemahan, kemudian dipindah menjadi pegawai di istana sultan.
Pemikiran-pemikiran Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh pemikir an
seorang sastrawan kenamaan yang pernah belajar di Perancis, yaitu Ibrahim Sinasi (1826-1871). Sastrawan ini banyak menggunakan istilah-istilah hak rakyat, kebebasan berpendapat, kesadaran nasional, pemerintahan konstitusional, dan istilah lain yang semakna. Ibrahim Sinasi juga menerbitkan surat kabar bernama Tasvir-Efkar yang banyak berpengaruh dalam kebangkitan intelektual di Kerajaan Utsmani abad ke-19.
Ketika Sinasi pergi ke Paris di tahun 1865, pimpinan Tasvir-Efkar
dipegang oleh Namik Kemal sendiri. Namun, tulisan-tulisan Namik Kemal yang kental dengan ide-ide pembaruan membuatnya terpaksa pergi ke Eropa pada tahun 1867. Ia diperbolehkan kembali ke Istanbul pada tahun 1870, tetapi tiga tahun kemudian ditangkap dan dipenjarakan di Pulau Siprus. Ia dibebaskan dan dapat kembali ke Istanbul setelah kekuasaan Sultan Abdul Aziz runtuh pada pada tahun 1876.
Namik Kemal dinilai memiliki jiwa Islam yang baik. Ia tidak menerima
ide-ide yang datang dari Barat apa adanya, tetapi memodifikasi secara selektif sehingga sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Namik mengkritik ide-ide Barat yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat Timur.
Namik Kemal menyampaikan analisisnya tentang sebab kemunduran Kerajaan Utsmani dan alternatif solusinya, di antaranya adalah:
1. Kondisi ekonomi dan politik Kerajaan Turki Utsmani tidak beres. Solusi yang ditawarkan adalah perubahan sistem pemerintahan absolut menjadi pemerintahan konstitusional.
2. Rakyat sebagai warga negara memiliki hak-hak politik yang harus dihormati dan dilindungi negara.
3. Pemerintahan demokratis tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sebab negara yang dibentuk dan dipimpin oleh empat khalifah sepeninggal Rasulullah saw. sebenarnya memiliki corak demokrasi. Sistem baiat yang yang terdapat dalam pemerintahan para khalifah pada hakikatnya merupakan kedaulatan rakyat.
4. Islam mengajarkan al-maslahat al-ammah. Ajaran ini sebenarnya adalah maslahat (kebaikan) umum. Khalifah tidak boleh bersikap dan bertindak yang bertentangan dengan al-maslahat al-ammah.
5. Kepala negara dalam mengurus negara tidak boleh melanggar syariat. Syariat merupakan “konstitusi” yang harus dipatuhi oleh kepala negara.
Sumber dari Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi
Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI
Penulis : Mustahdi dan Mustakim.
Penelaah : Asep Nursobah dan Ismail.
Pereview : Evi Zahara
Penyedia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Apa|Bagaimana|Dimana|
|Kapan|Mengapa|Siapa