Ada dua tahapan yang dilakukan Rasulullah saw. dalam menjalankan
misi dakwah tersebut, yaitu dakwah secara sembunyisembunyi yang hanya terbatas di kalangan keluarga dan sahabat terdekat dan dakwah secara terangterangan kepada khalayak ramai.
⇨a. Dakwah secara Rahasia/Diam-Diam (al-Da’wah bi al-Sirr)
Agar tidak menimbulkan keresahan dan kekacauan di kalangan
masyarakat Quraisy, Rasulullah saw. memulai dakwahnya secara sembunyisembunyi (al-Da’wah bi al-Sirr).
Hal tersebut dilakukan mengingat kerasnya watak suku Quraisy dan keteguhan mereka berpegang pada keyakinan dan penyembahan berhala. Pada tahap ini, Rasulullah saw. memfokuskan dakwah Islam hanya kepada orangorang terdekat, yaitu keluarga dan para sahabatnya. Rumah Rasulullah saw (Darul Arqam) dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah. Di tempat itulah, ia menyampaikan risalahrisalah tauhid dan ajaran Islam lainnya yang diwahyukan Allah Swt. kepadanya. Rasulullah saw. secara langsung menyampaikan dan memberikan penjelasan tentang ajaran Islam dan mengajak pengikutnya untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka, yaitu dari menyembah berhala menuju penyembahan kepada Allah Swt. Karena sifat dan pribadinya yang sangat terpercaya dan terjaga dari halhal tercela, tanpa ragu para pengikutnya, baik dari kalangan keluarga maupun para sahabat menyatakan ketauhidan dan keislaman mereka di hadapan Rasulullah saw.
Orangorang pertama (as-sabiqunal awwalun) yang mengakui
kerasulan Nabi Muhammad saw. dan menyatakan keislamannya adalah Siti Khadijah (istri), Ali bin Abi Thalib (adik sepupu), Zaid bin Harisah (pembantu yang diangkat menjadi anak), dan Abu Bakar Siddik (sahabat). Selanjutnya secara perlahan tetapi pasti, pengikut Rasulullah saw. makin bertambah. Di antara mereka adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Said bin Abi Waqas, Abdurrahman bin ‘Auf, Taha bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Fatimah bin Khattab dan suaminya Said bin Zaid alAdawi, Arqam bin Abil Arqam, dan beberapa orang lainnya yang berasal dari suku Quraisy.
⇨b. Dakwah secara Terang-terangan (al-Da’wah bi al-Jahr)
Dakwah secara terangterangan (al-Da’wah bi al-Jahr) dimulai
ketika Rasulullah saw. menyeru kepada orang-orang Mekah.
Ia berdiri di atas sebuah bukit dan berteriak dengan suara lantang memanggil mereka. Beberapa keluarga Quraisy menyambut seruannya. Kemudian, ia berpaling kepada sekumpulan orang sambil berkata, “Wahai orang orang! Akankah kalian percaya jika saya katakan bahwa musuh Anda sekalian telah bersiaga di sebelah bukit (Śafa) ini dan berniat menyerang nyawa dan harta kalian?” Mereka menjawab, “Kami tak mendengar Anda berbohong sepanjang hayat kami.” Ia lalu berkata, “Wahai bangsa Quraisy! Selamatkanlah dirimu dari neraka. Saya tak dapat menolong Anda di hadapan Allah Swt. Saya peringatkan Anda sekalian akan siksaan yang pedih!” Ia menambahkan, “Kedudukan saya seperti penjaga, yang mengamati musuh dari jauh dan segera berlari kepada kaumnya untuk menyelamatkan dan memperingatkan mereka tentang bahaya yang akan datang.”
Seiring dengan itu, turun pula wahyu Allah Swt. agar Rasulullah
saw. melakukannya secara terangterangan dan terbuka.
Mengenai hal tersebut, Allah Swt. berfirman, yang artinya: “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (Q.S. alḤijr/15:94). Baca pula firman Allah dalam Q.S. asy-Syua’ara/26:214-216.
Berdasarkan ayatayat di atas,
Rasulullah saw. yakin bahwa sudah saatnya ia dan para pengikutnya untuk menyebarluaskan ajaran Islam secara terbuka dan terangterangan. Dengan dukungan istrinya Siti Khadijah, paman yang setia membelanya, yaitu Abu Talib, serta para sahabat dan pengikutnya yang setia ditambah pula dengan keyakinan bahwa Allah Swt. senantiasa menyertai, dimulailah dakwah suci ini. Pertamatama dakwah dilakukan kepada sanak keluarga, kemudian kepada kaumnya, dan penduduk Kota Mekah yang saat itu penyembahannya kepada berhala begitu kuat.
Semua cemoohan, ejekan, dan ancaman yang ditujukan kepada
Rasulullah saw. dan para pengikutnya makin melecut semangat Rasulullah saw. dengan terus bertambahnya jumlah pengikutnya. Pelan tetapi pasti, pengaruh Rasulullah saw. dan ajaran Islam semakin diterima oleh masyarakat Mekah yang telah muak dengan praktik-praktik kotor jahiliah.
Dengan semangat kerasulannya serta keyakinan akan kebenaran
ajaran Ilahi, gerakan dakwah Rasulullah saw. makin tersebar luas. Teman, sahabat, bahkan orang yang tidak dikenalnya, baik dari kalangan bangsawan terhormat maupun dari golongan hamba sahaya banyak yang mendengar dan memahami ajaran Islam, kemudian memeluk agama Islam dan beriman kepada Allah Swt. Rasulullah saw. makin tegas, lantang dan berani, tetapi tetap komitmen terhadap tugas, fungsi, dan wewenangnya sebagai rasul utusan Allah Swt.
Sumber dari Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X
Penulis : Nelty Khairiyah dan Endi Suhendi Zen.
Penelaah: Muh. Saerozi, Yusuf A. Hasan, Nurhayati Djamas, dan Asep Nursobah.
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Apa|Bagaimana|Dimana|
|Kapan|Mengapa|Siapa
misi dakwah tersebut, yaitu dakwah secara sembunyisembunyi yang hanya terbatas di kalangan keluarga dan sahabat terdekat dan dakwah secara terangterangan kepada khalayak ramai.
⇨a. Dakwah secara Rahasia/Diam-Diam (al-Da’wah bi al-Sirr)
Agar tidak menimbulkan keresahan dan kekacauan di kalangan
masyarakat Quraisy, Rasulullah saw. memulai dakwahnya secara sembunyisembunyi (al-Da’wah bi al-Sirr).
Hal tersebut dilakukan mengingat kerasnya watak suku Quraisy dan keteguhan mereka berpegang pada keyakinan dan penyembahan berhala. Pada tahap ini, Rasulullah saw. memfokuskan dakwah Islam hanya kepada orangorang terdekat, yaitu keluarga dan para sahabatnya. Rumah Rasulullah saw (Darul Arqam) dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah. Di tempat itulah, ia menyampaikan risalahrisalah tauhid dan ajaran Islam lainnya yang diwahyukan Allah Swt. kepadanya. Rasulullah saw. secara langsung menyampaikan dan memberikan penjelasan tentang ajaran Islam dan mengajak pengikutnya untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka, yaitu dari menyembah berhala menuju penyembahan kepada Allah Swt. Karena sifat dan pribadinya yang sangat terpercaya dan terjaga dari halhal tercela, tanpa ragu para pengikutnya, baik dari kalangan keluarga maupun para sahabat menyatakan ketauhidan dan keislaman mereka di hadapan Rasulullah saw.
Orangorang pertama (as-sabiqunal awwalun) yang mengakui
kerasulan Nabi Muhammad saw. dan menyatakan keislamannya adalah Siti Khadijah (istri), Ali bin Abi Thalib (adik sepupu), Zaid bin Harisah (pembantu yang diangkat menjadi anak), dan Abu Bakar Siddik (sahabat). Selanjutnya secara perlahan tetapi pasti, pengikut Rasulullah saw. makin bertambah. Di antara mereka adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Said bin Abi Waqas, Abdurrahman bin ‘Auf, Taha bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Fatimah bin Khattab dan suaminya Said bin Zaid alAdawi, Arqam bin Abil Arqam, dan beberapa orang lainnya yang berasal dari suku Quraisy.
⇨b. Dakwah secara Terang-terangan (al-Da’wah bi al-Jahr)
Dakwah secara terangterangan (al-Da’wah bi al-Jahr) dimulai
ketika Rasulullah saw. menyeru kepada orang-orang Mekah.
Ia berdiri di atas sebuah bukit dan berteriak dengan suara lantang memanggil mereka. Beberapa keluarga Quraisy menyambut seruannya. Kemudian, ia berpaling kepada sekumpulan orang sambil berkata, “Wahai orang orang! Akankah kalian percaya jika saya katakan bahwa musuh Anda sekalian telah bersiaga di sebelah bukit (Śafa) ini dan berniat menyerang nyawa dan harta kalian?” Mereka menjawab, “Kami tak mendengar Anda berbohong sepanjang hayat kami.” Ia lalu berkata, “Wahai bangsa Quraisy! Selamatkanlah dirimu dari neraka. Saya tak dapat menolong Anda di hadapan Allah Swt. Saya peringatkan Anda sekalian akan siksaan yang pedih!” Ia menambahkan, “Kedudukan saya seperti penjaga, yang mengamati musuh dari jauh dan segera berlari kepada kaumnya untuk menyelamatkan dan memperingatkan mereka tentang bahaya yang akan datang.”
Seiring dengan itu, turun pula wahyu Allah Swt. agar Rasulullah
saw. melakukannya secara terangterangan dan terbuka.
Mengenai hal tersebut, Allah Swt. berfirman, yang artinya: “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (Q.S. alḤijr/15:94). Baca pula firman Allah dalam Q.S. asy-Syua’ara/26:214-216.
Berdasarkan ayatayat di atas,
Rasulullah saw. yakin bahwa sudah saatnya ia dan para pengikutnya untuk menyebarluaskan ajaran Islam secara terbuka dan terangterangan. Dengan dukungan istrinya Siti Khadijah, paman yang setia membelanya, yaitu Abu Talib, serta para sahabat dan pengikutnya yang setia ditambah pula dengan keyakinan bahwa Allah Swt. senantiasa menyertai, dimulailah dakwah suci ini. Pertamatama dakwah dilakukan kepada sanak keluarga, kemudian kepada kaumnya, dan penduduk Kota Mekah yang saat itu penyembahannya kepada berhala begitu kuat.
Semua cemoohan, ejekan, dan ancaman yang ditujukan kepada
Rasulullah saw. dan para pengikutnya makin melecut semangat Rasulullah saw. dengan terus bertambahnya jumlah pengikutnya. Pelan tetapi pasti, pengaruh Rasulullah saw. dan ajaran Islam semakin diterima oleh masyarakat Mekah yang telah muak dengan praktik-praktik kotor jahiliah.
Dengan semangat kerasulannya serta keyakinan akan kebenaran
ajaran Ilahi, gerakan dakwah Rasulullah saw. makin tersebar luas. Teman, sahabat, bahkan orang yang tidak dikenalnya, baik dari kalangan bangsawan terhormat maupun dari golongan hamba sahaya banyak yang mendengar dan memahami ajaran Islam, kemudian memeluk agama Islam dan beriman kepada Allah Swt. Rasulullah saw. makin tegas, lantang dan berani, tetapi tetap komitmen terhadap tugas, fungsi, dan wewenangnya sebagai rasul utusan Allah Swt.
Sumber dari Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X
Penulis : Nelty Khairiyah dan Endi Suhendi Zen.
Penelaah: Muh. Saerozi, Yusuf A. Hasan, Nurhayati Djamas, dan Asep Nursobah.
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Apa|Bagaimana|Dimana|
|Kapan|Mengapa|Siapa