Langsung ke konten utama

Penjelasan Kandungan Q.S. An-Nisa/4:146 serta Hadis Terkait | Kandungan Q.S. Al-Baqarah/2:153 serta Hadis Terkait | Kandungan Q.S. Ali-Imran/3: 134 serta Hadis Terkait


1. Kandungan Q.S. an-Nisa/4:146 serta Hadis Terkait 


Arti Q.S. an-Nisa/4: 146
Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar." (Q.S. an-Nisa/4: 146)

Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146 menjelaskan tentang keikhlasan amal seseorang. Ikhlas merupakan syarat mutlak diterimanya amal. Perhatikan firman Allah Swt. berikut.


Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus".(Q.S. al-Bayyinah/98: 5)


Dari Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah saw.. bersabda: “Tiga hal yang tidak boleh hati seorang mukmin iri terhadapnya: ikhlas dalam beramal, memberi nasihat kepada pemimpin, dan melanggengkan kebersamaan dengan jamaah". (H.R. Ahmad).

Setiap perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya. Oleh karena itu, yang harus diluruskan pertama kali agar tercapai derajat mukhlisin adalah niat di dalam hati.

Allah Swt. berfirman:


Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya)." (Q.S. al-Mukmin/40:14)

Niat yang baik akan menghasilkan perbuatan baik. Begitu pula niat yang ikhlas akan mengantarkan ke perbuatan yang ikhlas pula. Dengan ikhlas, hati kita menjadi tenteram, tidak ada beban yang memberatkan.


2. Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 serta Hadis Terkait 


Arti Q.S. al-Baqarah/2: 153
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (Q.S. al-Baqarah/2: 153)

Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153
menjelaskan orang-orang yang sabar. Sesungguhnya Allah Swt. beserta orang-orang yang sabar. Sabar merupakan pengendali hati untuk selalu Istiqamah dalam berbuat baik. Sayidina Ali bin Abi Thalib mengatakan.


Sabar adalah bagian dari iman,sebagaimana kepala bagian dari tubuh

Sabar bisa diartikan tabah, tahan menderita, ulet, tekun, dan tidak mudah putus asa. Sabar juga bisa berarti menahan, maksudnya adalah menahan diri dari kesusahan yang menimpanya, menahan lisan atau anggota badan dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik, serta menahan rasa malas untuk berbuat baik.

Sabar juga berarti menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu angkara murka, mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan mengontrol anggota tubuh untuk tidak bertindak anarki.

Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan
dan musibah, tetapi juga teguh pendirian (Istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna.

Sabar itu ada beberapa macam, antara lain sabar menjalankan perintah Allah Swt., menjauhi kemaksiatan atau meninggalkan larangan Allah Swt., menerima dan menghadapi musibah, menµntut ilmu pengetahuan, serta sabar dalam bekerja dan berkarya.

Kelima bentuk kesabaran tersebut berkaitan erat dengan ketahanan mental spiritual, sehingga kesabaran itu selalu menµntut ketahanan jiwa dan kekayaan mental spiritual yang tangguh.


3. Kandungan Q.S. Ali-Imran/3: 134 serta Hadis Terkait 


Arti Q.S. Ali-Imran/3:134
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali-Imran/3: 134)

Kandungan Q.S. Ali-Imran/3:134 menjelaskan ciri-ciri orang yang taqwa, yaitu selalu memaafkan orang lain. Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita untuk saling memaafkan dan meminta maaf, sebagaimana sabdanya:


Dari Aisah dari Anas berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sambunglah tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskanmu dan maafkanlah orang-orang yang mendzalimimu." (H.R. Baihaqi)

Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun ada rasa benci dan keinginan untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap pemaaf disebut al-‘afw yang juga memiliki arti bertambah (berlebih), penghapusan, ampun, atau anugerah.

Setiap manusia pernah melakukan kesalahan. Kesalahan dan kekhilafan adalah fitrah yang melekat pada diri manusia.

Rasulullah saw. bersabda “Setiap manusia pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang segera bertobat kepada Allah Swt.”

Ini berarti bahwa manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah, karena itu mustahil, kecuali Rasulullah saw. yang ma’sum (senantiasa dalam bimbingan Allah Swt.). Akan tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan segera bertobat kepada-Nya.


Baca Juga 

Pengertian  Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf. Perilaku Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf dalam Kehidupan Sehari-hari












Sumber Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.-- . Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

Penulis : Muhammad Ahsan, Sumiyati, dan Mustahdi.
Penelaah : Muh. Saerozi, Yusuf A. Hasan, Nurhayati Djamas, dan Muhammad Nadjib
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Apa|Bagaimana|Dimana|
|Kapan|Mengapa|Siapa